foto bersama peserta dan pembicara seri diskusi |
Sokokembang, 6 Juli 2019. Menghadirkan 2 pembicara yang
merupakan pelaku dalam industri wisata minat khusus pengamatan burung di
Indonesia, Seri diskusi konservasi yang ke-3 telah sukses dilaksanakan. Peserta
yang hadir juga tidak hanya dari sekitar Pekalongan juga dari ada beberapa
peserta dari luar kota pekalongan, mahasiswa, masyarakat umum, Perhutani, dan
perwakilan dari LMDH, Perangkat Desa Mesoyi , Desa Kayupuring dan Desa Tlogohendro.
Seperti biasanya acara yang di kemas dengan obrolan santai
di pandu oleh tim SwaraOwa, yang sengaja mendatangkan narasumber untuk
mewacanakan dan mengarus utamakan kegiatan wisata minat khusus di antara wisata-wisata massal yang
telah dan sedang berkembang di wilayah kabupaten Pekalongan, khususnya di Petungkriyono.
Imam (Loontour) |
Imam Taufiqurrahman ornithologist dari kota Gudeg, dan juga
sebagai pelaku operator birding tour Lootour, mengawali dengan pengertian Avitourism
itu sendiri, yaitu merupakan bagian dari kegiatan wisata alam yang fokus pada
aktifitas mengamati burung liar, bentuk aktifitasnya bisa berupa pengamatan burung ( birdwatching), mengunjungi
bird fair,(yaitu pameran tetang kegiatan biridwatching di seluruh dunia), ikut
dalam kegiatan pengamatan yang di selenggarakan oleh birowisata, dan fotografi
burung. Kesemua aktivitas ini dilakukan dengan prinsip bertanggunjawab,
mengedepankan perlindungan lingkungan, dan meningkatkan kehidupan masyarakat
setempat.
Peminat wisata minat khusus ini menurut Imam juga mempunyai
karakter tersendiri,seperti ketertarikan yang tinggi terhadap burung di habitat
asli, kalangan terpelajar, melakukan perjalanan dalam kelompok kecil dan mampu
secara finansial.
Potensi Indonesia, sebagai negara yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi, jenis-jenis endemic dan keragaman landscape dan
budaya memilik potensi untuk di terapkannya wisata minat khusus pengamatan
burung. Namun ancaman wisata ini telah, dan sedang terjadi perburuan burung,
kerusakan habitat, dan wisata yang tidak berwawasan lingkungan mengakibatkan
burung-burung di alam sebagai atraksi
wisata juga hilang.
Sebagai tour operator yang dirintis sejak tahun 2009, Loontour birding nya mas Imam banyak melakukan kegiatan membawa wisatawan pengamat burung di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Seperti tour operator lainnya pelayanan terhadap wisatawan ini memang harus
mendapat perhatian serius, selain membantu wisatawan mengamati burung. Wisatawan dari
Amerika dan Eropa masih menjadi konsumen terbanyak dari birding tournya mas Imam.
Kukuh ( Birdpacker) |
Pembicara kedua Waskito Kukuh Wibowo, yang juga sudah
beberapa kali mengunjungi habitat Owa di Petungkriyono ini, tentu saya
kedatangan sebelumnya juga untuk birding. Kebetulan juga mas Kukuh ini sama
dengan mas Imam mengawali kegiatan birding nya juga dari almamater yang sama di
Yogyakarta, kemudian dengan Birdpacker
yang berbasis di Malang, Jawa Timur, mengembangkan usaha guiding pengamatan
burung. Yang awalnya hanya sebatas hobi namun sekarang menjadi pekerjaan yang
memberi banyak pengalaman, teman dan tentunya penghasilan.
Yang harus menjadi perhatian dan menjadi tantang dalam
bisnis ekowisata ini menurut mas Kukuh
di antaranya adalah : laju kehancuran dan kepunahan burung-burung di alam,
ketrampilan bahasa inggris, karena target pasarnya adalah orang luar negri, hospitality dan standar operational prosedur
dari mitra/tour operator lokal, persaingan dengan tour operator dari luar
negeri, penetrasi pasar, dan peralatan yang kurang memadai.
Dengan jumlah
species burung di Indonesia kurang lebih 1777 species 1 dan kurang
lebih 430 nya adalah endemik, potensi yang belum tergarap optimal oleh sektor
wisata saat ini, di Amerika industri wisata minat khusus ini sudah bisa
menghasilkan 32 Miliar Dollar, dalam setahun, , menurut mas Kukuh. Birdwatching
tours merupakan salah satu alternatif untuk menekan dampak eksploitasi burung
di alam, dan menjadi solusi kompromi antara ekonomi dan ekologi yang sering
kali berseteru satu sama lain.
Daftar pustaka :