tim Uma malinggai yang ikut dalam acara kongress burung |
Acara Kongress Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia yang
ke-5 menjadi kesempatan SwaraOwa mengajak tim dari Uma Malinggai Tradisional Mentawai belajar tentang burung-burung
di Indonesia, permasalahan dan potensinya pemanfaatannya. Acara yang di selenggarakan
di Padang tanggal 26-29 Januari 2019 ini di laksanakan di Universitas Negeri
Padang dan juga di Universitas Andalas.
Kesempatan untuk mempromosikan keanekaragaman jenis burung
di Kep.Mentawai juga menjadi pengalaman tersendiri untuk tim kali ini. Acara di mulai di hari minggu, di UNP dan kita ikut
dalam 2 workhsop yaitu ada yang masuk di
kelas “ekowisata burung” dan ada yang masuk di kelas “Pengawasan dan
Perdagangan Burung”.
Ridwan Tulus, dari SumatraandBeyond berbagi pengalaman
bagaimana beliau membangun usaha ekowisata di wilayah Sumatra, dengan konsep “Protect The Culture, Protect The Nature, Empower & Bring Benefit for Local People, and Support Conservation”. Sesi ini menjadi diskusi menarik dengan teman-teman dari Mentawai, karena tim yang kita ajak ini juga merupakan bagian dari pelaku wisata yang ada di Kep.Mentawai.
Giyanto dari WCS Indonesia Program, menyampaikan cerita bagaimana beliau mendorong para penegak hukum di Indonesia terkait dengan perdangangan satwaliar, dengan metode “undercover” yang terbentuk dari naluri sepertinya ini menjadi metode pengumpulan data di level grassroots yang sangat penuh resiko. Namun dari kegiatan mas Giyanto ini memberikan banyak kemajuan untuk penegakan hukum khususnya terkait kejahatan satwaliar di Indonesia. Apalagi burung, yang kini berjumlah 1771 jenis ini hampir 15% di antaranya adalah terancam punah. Modus jual beli burung ini sudah sedemikian canggih seperti dalam sindikat narkoba, perdagangan illegal yang di lakukan secara sistematis, terorganisir, canggih, dalam skala nasional dan internasional, Indonesia sebagai sumber keanekargaman hayati tinggi sekaligus sebagai pasarnya. Menurut mas Giyanto, jenis-jenis burung yang di perdaganggankan di Indonesia 80% merupakan tangkapan dari alam liar, di tahun 2016-2018 dari 3 lokasi pasar burung saja tercatat 412 jenis dan 712866 individu yang di jual belikan.
Hari kedua menjadi kesempatan kita untuk menampilkan hasil pengamatan tentang burung-burung Pantai di Kep.Mentawai, hasil pengamatan ini juga menjadi hasil karya ilmiah pertama untuk tim Mentawai ini tentang burung-burung pantai, dan dapat di download disini untuk 2 publikasi penelitian dari kegiatan di Kep.mentawai. Meskipun tujuan utama di kepulauan Mentawai adalah untuk pelestarian Bilou, namun pengalaman tentang burung ini menjadi hal baru dan juga kemungkinan yang dapat di kembangkan sebagai bagian upaya pelestarian keanekargaman hayati kep.mentawai yang berkelanjutan.
Bagi tim Uma Malinggai acara ini menjadi penting untuk melatih kemampuan, meningkatkan kapasitas dan juga menambah jejaring pegiat konservasi alam, dan motivasi juga untuk tampil di acara tahun depan dengan membawakan sendiri hasil pengamatannya, sampai jumpa di KPPBI VI, di Jawa Timur.
Hari kedua menjadi kesempatan kita untuk menampilkan hasil pengamatan tentang burung-burung Pantai di Kep.Mentawai, hasil pengamatan ini juga menjadi hasil karya ilmiah pertama untuk tim Mentawai ini tentang burung-burung pantai, dan dapat di download disini untuk 2 publikasi penelitian dari kegiatan di Kep.mentawai. Meskipun tujuan utama di kepulauan Mentawai adalah untuk pelestarian Bilou, namun pengalaman tentang burung ini menjadi hal baru dan juga kemungkinan yang dapat di kembangkan sebagai bagian upaya pelestarian keanekargaman hayati kep.mentawai yang berkelanjutan.
Bagi tim Uma Malinggai acara ini menjadi penting untuk melatih kemampuan, meningkatkan kapasitas dan juga menambah jejaring pegiat konservasi alam, dan motivasi juga untuk tampil di acara tahun depan dengan membawakan sendiri hasil pengamatannya, sampai jumpa di KPPBI VI, di Jawa Timur.