Tuesday, August 26, 2025

Madagascar : Pulau endemis dan Kongres Primata Dunia ke-30

 oleh : Arif Setiawan

kota Antananrivo

Acara dua tahunan pertemuan peneliti, pemerhati dan pegiat konservasi primata dunia yang ke 30 kali ini di gelar di Madagascar. Ya pulau yang sangat unik, dari sejarah geologinya, karena terbentuk atau terpisah dari benua India, bukan dari afrika yang dekat dengannya saat ini, ketika 80 juta tahun yang silam. Lebih dari 90 % keaneragaman hayatinya tidak di jumpai di tempat lain di belahan bumi, endemisitas tinggi. Menurutu taxonomi terbaru ada setidaknya 112 jenis lemur saat ini di Madagascar.  Lebih menarik lagi kira-kira 2000 tahun yang lalu,  ada jejak Nusantara  gelombang pertama migrasi manusia di Madagascar.

Antananarivo : Kontras sosial dan arsitektur

Tanggal 11 Juli 2025 menjelang sore saya mendarat di bandara Ivato international, landscape pertanian musim dingin dan matahari yang menguning sangat memanjakan mata. Penantian sekian lama dari sebuah film kartun dan akhirnya saya bisa overlanding di Madagascar.

Suasana Kota, Antananarivo, sebagai ibukota Madagascar hampir sama dengan kota-kota besar lainnya, namun disini  berbeda !. Antananarivo, ibu kota Madagascar, membentang megah di atas perbukitan yang bergelombang, di mana rumah-rumah berwarna pastel bertumpuk rapat seperti mosaik hidup yang menempel di lereng curam. Jalan-jalan sempit berliku menyusuri kontur tanah, menghubungkan pasar-pasar ramai dan gang-gang yang dipenuhi aroma tanah dan rempah dan suara kehidupan. Di kejauhan, batuan granit menjulang kokoh, menjadi saksi bisu sejarah dan budaya yang kaya. Di puncak tertinggi berdiri Queen’s Palace, anggun dan berwibawa, memandang kota dengan aura kerajaan yang tak lekang oleh waktu—sebuah simbol warisan suku asli yang menyatu dengan denyut modernitas.

Queen palace

Menginap tidak jauh dari Queen palace, dan hari pertama langsung mengexplore lokasi di sekitar tempat tinggal, menyusuri tangga yang mengarah ke bangunan tertinggi di kota Antananarivo, tangga inilah jalan utama jaman Ratu Ranavalona I dan II, tangga ini mengarah ke pusat keraton dan ada gerbang batu yang dulu digunakan sebagai pintu masuk utama. Antananarivo, kota yang bertengger di atas kontur granit curam, dengan jalanan menanjak dan menurun yang ditata dari batu, serta rumah-rumah yang seolah bertumpuk di lereng. Kombinasi arsitektur Eropa kolonial dan pemukiman padat menjadikan kota ini unik dan penuh karakter. Namun disisi lain, pemukiman padat ini sepertinya tidak menyediakan akses yang sama untuk warganya, akses kesehatan, pendidikan, bahkan air bersih yang di hotel pun kadang mati. Kendaraan kendaraan suv 4wd untuk turis, sangat kontras dengan banyaknya warga yang berjalan  kaki, kumuh dan mengais sampah dijalan-jalan kota, konon menurut survey 62% penduduk madagascar hidup dalam bawah garis kemiskinan.

gerbang kuno menuju Queen palace

Lemur, Kebanggaan Madagascar

penjual patung lemur dari Kayu di kota Antanarivo
Berjalan di kota antanarivo,ke pusat perbelanjaan nampak seorang penjual ukiran kayu membawa ukiran maki ( lemur dalam Malagasy), ringtailed lemur pertama yang saya lihat dalam bentuk kayu. Awalnya menawarkan 100,000 Ariary, kemudian saya diam saja harganya sudah turun 60,000 Ariary, saya hampir saja membelinya, saya tanya ke guide, apakah di Ranofamana ada sperti ini, dia bilang ada, tapi tidak sebesar ini, ini murah, dan saya langsung tawar lagi 30,000 AR dan di berikan. Sempat saya tanyakan ini dari kayi apa, saya kurang paham karena di jawa dengan Bahasa Malagasy, dan mereka ternyata berasal dari desa jauh dari antanarivo, mungkin tempat asalnya ring tailed lemur ini.

Di beberapa sudut kota, nampaknya lemur juga sudah populer, seperti baobabs, si pohon family bombacae itu, juga fotonya ada dimana-mana. Saya menemukan supermarket yang menggunakan lemur sebagai icon “ SuperMaki”. Lukisan mural juga ditemukan di resto, atau cafĂ©, menunjukkan lemur sebagai satwa unggulan untuk wisata di Madagascar.  

super maki, super market di Antananarivo

Untuk wildlife pertama yang saya lihat di Madagascar, tentunya adalah burung-burung, berkunjung ke wetland di kota antanarivo, Parc de Tsarsaotra. Lokasi ini merupakan danau alami yang di tengahnya ada pulaunya, banyak burung-burung air disini, white face duck, bebek dengan kepala putih bagian depan, adalah lifer disini, dan yang lainnya ada kuntul hitam, dan Malagasy king fisher. Dan exciting kedua saya adalah ketika menemukan Chamelleon. karena saya yang pertama kali menemukannyan, phanter chameleon ( lifer!!).

Dendrocygna viduata - White-faced Whistling Duck

 

panther chameleon (Furcifer pardalis)

Pre-congress field trip : Center Val Bio, Ranomafana National Park

Saya data lebih awal di Madagascar, karena ada acara pre-congress trip yang di organize oleh Noel Rowe- Primate Conservation Inc. Jadi Noel Rowe melalui PCI nya dalah salah satu donor yang memberikan support untuk orang-orang dari primate habitat country, dan sejak tahun 2005 PCI telah membantu saya, grant-grant meskipun kecil 1000-3000 USD saat itu benar-benar telah menjadi dasar bagi kari primatologi saya dan  swaraOwa berkembang sampai saat ini. Ada 11 orang yang ikut dalam pre-congress trip ini di madagascar, semua grantee dari PCI, atau orang-orang yang pertama kali mendapatkan grant dari PCI, ada dari Vietnam, Colombia, Panama dan Afrika. Kami semua menginap di hotel Al ditengah kota Antananarivo, untuk berangkat dan pulang ke venue confrence disediakan minibus,

Kami berangkat ke Ranomafana, tanggal 11 Juli 2025, tujuan kami akan bermalam beberapa malam di  Center Val Bio (CVB) “ Center for value Biodiversity”  dan berkunjung ke taman nasional Ranomafana national park adalah kawasan konservasi di arah tenggara Antananarivo, didirikan pada tahun 1991, setelah penemuan Golden bamboo lemur Hapalemur aureus, oleh Patricia write. CVB Adalah  stasiun riset internasional yang didirikan pada tahun 2003 oleh Stony Brook University dan dipimpin oleh Dr. Patricia Wright. Terletak di tepi Ranomafana, pusat ini menggabungkan penelitian ilmiah, pendidikan, dan pengembangan komunitas untuk melindungi ekosistem Madagaskar. CVB juga menjalankan program kesehatan, reboisasi, dan konservasi berbasis masyarakat, serta menjadi rumah bagi ratusan ilmuwan dan mahasiswa setiap tahun. Dan Dr, Patricia adalah istri dari Noel Rowe, jadi inilah yang membuat trip ini dapat terealisasi.

foto bersama di CVB

Perjalanan menuju Ranomafana membentang melalui lanskap yang kering namun memukau. Langit biru bersih membentang luas, seolah menjadi kanvas bagi bukit-bukit dan lembah yang bergelombang. Di kanan-kiri jalan, hamparan sawah produktif memberi warna hijau yang menyejukkan, meski jejak pengolahan lahan dengan cara membakar masih terlihat jelas—menjadi pengingat akan tantangan konservasi yang nyata.

Jalanan menuju taman nasional ini penuh lubang dan rusak, membuat perjalanan terasa berat. Namun justru di tengah ketidaknyamanan itu, keindahan lanskap Madagaskar tampil jujur dan apa adanya. Ranomafana bukan hanya tujuan, tapi juga cerminan dinamika antara alam, manusia, dan harapan.

Kami sempat singgah di kota-kota yang ramai seperti  Antsirabe, becak nya yang warna-warni banyak terlihat disini, orang-orang jualan hasil bumi, seperti singkong, tales, pisang, dan kacang-kancangan beras, jagung, menempatkan di tepi jalan yang sangat ramai dan berdebu. Sesekali terlihat Zebu ( sapi afrika) menarik gerobak, zebu ini merupakan simbol status kemakmuran orang madagascar, olahan zebu dalam bentuk daging dan susu yogurt banyak di jumpai di jual di pasa-pasar seperti di antsirabe ini.

Jam 9 malam kami sampai di CVB, jalanan yang berlubang-lubang besar, dan di lalui truk-truk berat seakan memberikan gamparan kompleksitas permasalahan konsevasi di Ranomafana, sampai di Center val Bio,  Dr Patricia langsung menyambut kami, dan langsung memperisalahkan untu makan malam. Esok paginya setelah sarapan kami langsung di briefing untuk bersama-sama berkunjung ke Taman nasional, ada guide lokal Bernama Flavian, warga lokal dari desa Ranomafana, Flavian sangat aktif memperkenalkan jenis-jenis satwaliar, terutama jenis-jenis burung yang merupakan ke ahliannya. Setelah perkenalan dan introduksi singkat tentang Taman Nasinal Ranomafana, kami berangkat bersama dan membeli tike seharga 55000 AR untuk masuk kawasan dan Guide 45 000 AR.

Milne edward's Sifaka (Propithecus edwardsi), lemur pertama madagascar (lifer.!!)

Kita akan masuk ke jalur pengamatan, di pandu oleh Dr Patricia dan asistenya, yang menggunakan radio telemetri, untuk melacak Sifaka. Baru beberapa meter dari pintu masuk jalur pengamatan, Flavian menunjukkan itu burung madu madagascar’ Malagasy sunbird’. Beberapa saat kemudian guide, kami memanggil ‘ ada sifaka ‘ kami bergegas, dua teman dari Vietnam yang membawa lensa 600 mm, sangat sigap, dan mesin camera nya menembak sangat cepat, dan handheld !! Sementara saya masih menyiapkan tripod dan camera untuk posisi yang bagus. Saya mencoba mengamati dulu , karena ini moment pertama saya berjumpa lemur Sifaka, Milne edward’s Sifaka (  Lifer !!)

-bersambung- 




Monday, August 11, 2025

Generasi Lestari: komunitas belajar inklusif ala petani perempuan Mendolo

 Oleh : Sidiq Harjanto

peserta dan pendamping program "generasi lestari" Mendolo


Senin pagi, 7 Juli 2025, rona-rona keceriaan jelas terpancar dari wajah-wajah polos anak-anak Dukuh Sawahan. Mereka berkumpul, jumlahnya kurang lebih 20 orang anak dari berbagai usia. Kelas akan kembali dibuka. Ini bukan kelas sekolah formal, tatkala saat ini anak-anak masih dalam masa libur panjang pergantian tahun ajar. Ini adalah kelas edukasi lingkungan besutan Kelompok Wanita Tani (KWT) Brayanurip di Desa Mendolo. Pertemuan hari ini merupakan yang kedua di tahun ini. 

Didampingi 12 orang pendamping dari anggota KWT, agenda Senin pagi ini adalah menentukan nama kelompok, dan menyepakati aturan bersama. Nama ternyata penting, sebagai identitas, kebanggaan, dan pengikat suatu komunitas. Setelah melalui diskusi yang seru, disepakatilah nama “Generasi Lestari” sebagai identitas komunitas belajar bagi anak-anak ini. Berbagai kesepakatan atau aturan main komunitas juga telah dibuat, menandakan komitmen jangka panjang untuk merawat dan terus mengembangkan program edukasi ini.

Para peserta lalu diajak ke Sungai Wisnu, tak jauh dari kampung. Tak kenal maka tak sayang, demikian sebuah ungkapan yang sangat populer. Sungai menjadi bagian penting dari kehidupan desa ini sehingga anak-anak perlu dikenalkan sejak dini mengenai segala seluk-beluknya. Tak hanya menjadi urat nadi kehidupan, sungai sekaligus menjadi tempat bermain sekaligus saksi bisu tumbuh kembang anak dari generasi ke generasi. Para ibu yang terlibat turut larut bersama kenangan masa kecil mereka masing-masing.  

Anak-anak dari Generasi Lestari difasilitasi untuk melakukan beberapa aktivitas seperti bersih-bersih sungai, dan menanam aneka tanaman. Untuk melatih kreativitas, anak-anak diajak membuat karya dari bahan-bahan alami yang tersedia di sempadan sungai seperti dedaunan, bunga, dan ranting-ranting. Untuk melengkapi aktivitas pagi itu, mereka bermain bersama. Permainan peran telah disiapkan para pendamping untuk melatih kemampuan berempati anak-anak terhadap aneka satwa yang hidup berdampingan di sekitar desa. 

membuat karya kreatif dari bahan lokal

Edukasi menjadi agenda strategis

Tahun ini menjadi tahun penting bagi KWT Brayanurip dalam menyusun agenda jangka panjang mewadahi kaum perempuan di Desa Mendolo untuk berkontribusi dalam membangun desa. Pada saat penjaringan aspirasi beberapa bulan lalu, muncul beberapa usulan dari para anggota dalam isu pangan, lingkungan hidup, hingga pendidikan generasi muda. 

Program-program strategis telah disusun, salah satunya adalah inisiasi skema pendidikan lingkungan kontekstual untuk putra-putri di Desa Mendolo. Berkolaborasi dengan Swaraowa, kami membangun model pembelajaran yang mengedepankan inklusivitas dan egalitarianisme, mencoba menyentuh sisi kecerdasan emosional, serta menekankan paradigma holistik dalam merancang aktivitas bermain dan belajar. Beberapa pemahaman dasar yang menjadi pegangan dalam pengembangan model belajar ini, antara lain:

Pertama, setiap anak memiliki potensi masing-masing. Dalam teori Multiple Intelligence atau kecerdasan majemuk, Howarth Gardner membagi sembilan kecerdasan: logis-matematis, linguistik, kinestetik, visual-spasial, musikal, naturalistik, intrapersonal, interpersonal, dan eksistensial. Setiap anak maupun orang dewasa memiliki jenis-jenis kecerdasan itu, tetapi ada jenis-jenis tertentu yang dominan dan ada jenis-jenis lain yang kurang menonjol. 

Semisal seorang anak mungkin sangat pandai dalam bidang matematika, tetapi kurang bisa bermain musik dan olah raga. Ada pula anak yang sangat pandai bermusik, tetapi kurang bisa bergaul dengan teman-teman, atau kurang percaya diri. Adanya kecenderungan seperti ini perlu kita terima sebagai keniscayaan yang merupakan manifestasi dari interaksi kompleks berbagai faktor seperti genetik, stimulasi, dan pengaruh lingkungan. 

Selanjutnya, potensi-potensi kecerdasan itu perlu diberi stimulus yang sesuai agar semakin terasah, sedangkan kekurangan yang sekiranya bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan perlu dilatih agar bisa beradaptasi. Dengan begitu, setiap individu bisa mengoptimalkan potensinya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan berkontribusi bagi masyarakat.

Kedua, pemahaman bahwa kecerdasan itu tidak hanya tentang IQ. Di luar kecerdasan intelektual yang umumnya diukur dengan nilai IQ, ada tipe-tipe kecerdasan lain yang tak kalah penting. Kecerdasan emosional, misalnya. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyebutkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) memegang peran sama pentingnya, bahkan seringkali lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan kesuksesan maupun kesejahteraan seseorang. 

Emosi adalah proses-proses dinamis yang terjadi di dalam otak kita yang menghasilkan pengalaman subjektif. Emosi perlu dikelola agar kualitas hidup kita lebih baik. Goleman memecah kecerdasan emosional menjadi lima domain utama: kesadaran diri (bagaimana kita mampu mengenali emosi yang terjadi pada diri kita), pengaturan diri (bagaimana kita bisa mengelola dan mengarahkan emosi diri), motivasi diri (kemampuan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik), empati (kemampuan merasakan apa yang dirasakan pihak lain), dan keterampilan sosial (kemampuan membangun relasi dengan pihak lain).

Ketiga, pembelajaran melalui latihan dan praktik. Kami menyadari bahwa berbagai keterampilan dasar yang berhubungan dengan kecerdasan sosial dan emosional tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran verbal, tetapi perlu dilatih melalui praktik, pembiasaan, atau bahkan bentuk-bentuk simulasi khusus.

Aspek-aspek pembelajaran

Isu penting yang saat ini terus bergulir di Desa Mendolo adalah pelestarian alam, termasuk di dalamnya perlindungan satwa liar. Desa ini kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk satwa-satwa endemik seperti owa jawa, kukang jawa, elang jawa, dan raja-udang kalung-biru. Program edukasi diharapkan melahirkan para konservasionis muda dari desa ini. Beberapa aspek berikut menjadi fokus perhatian bagi KWT Brayanurip:

Pemahaman tentang alam yang holistik-sistemik. Anak-anak diajak untuk memahami bahwa alam adalah sebuah kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Pemahaman ini berguna untuk memunculkan kesadaran dampak, misalnya jika kita menangkap burung lalu punah, maka belalang dan serangga lainnya akan meledak populasinya sehingga menyebabkan banyak tanaman pertanian rusak. 

Empati adalah salah satu aspek kecerdasan emosional yang sangat berperan dalam membangun relasi dengan pihak lain. Menariknya, relasi ini tidak hanya berlaku pada sesama manusia, tetapi juga berlaku kepada makhluk lain, termasuk binatang. Melatih kemampuan berempati kepada sesama makhluk hidup diharapkan membawa manfaat dalam upaya mengarusutamakan pelestarian satwa liar.

Upaya untuk mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan membutuhkan kolaborasi dan kerjasama. Untuk itu, kemampuan membangun kerjasama menjadi kebutuhan bagi generasi muda, dengan keterampilan seperti kepemimpinan, komunikasi efektif, dan manajemen konflik. Tak luput juga kreativitas, pemikiran divergen, inovasi, hingga adaptasi teknologi untuk memperkuat konservasi alam di tengah-tengah disrupsi jaman. 

Etiket atau sikap menghormati dan menghargai pihak lain penting dilatih sejak dini dalam menjaga efektivitas suatu komunitas. Di sisi lain, kapasitas intelektual berbasis rasionalitas tentu saja menjadi aspek yang perlu diasah, terutama dalam hal kemampuan analitis (pengumpulan-pengolahan data, pengambilan keputusan, dan evaluasi). Demikian cita-cita kami membangun Generasi Lestari, semoga mestakung.