Monday, June 5, 2023

Pelatihan Sambung Pucuk Durian Mendolo

 Oleh : Sidiq Harjanto

Pratik sambung pucuk, durian. foto leh Silo PPM  Mendolo

Wanatani, atau dikenal juga dengan istilah agroforestry, adalah sistem pengelolaan lahan yang mengombinasikan berbagai jenis tegakan hutan dengan tanaman budidaya. Sistem ini dalam praktiknya sudah dilakukan oleh para petani perdesaan di Indonesia sejak lama. Umumnya, sistem ini muncul dari adaptasi terhadap keterbatasan luasan lahan.

Bergantung pada satu komoditi menjadi pilihan yang risikonya tinggi. Untuk itulah, para petani menanam banyak komoditi. Di mata kaum petani, lahan wanatani sifatnya multifungsi. Lahan ini dipandang sebagai modal produksi, tabungan masa depan, maupun warung dan apotek hidup.

Desa Mendolo sebagai salah satu desa penyangga habitat owa jawa di Kabupaten Pekalongan, masyarakatnya telah mempraktikkan wanatani. Lahan yang dikelola warga ditanami dengan aneka jenis tanaman komoditi seperti durian, kopi, cengkeh, keluwak/kepayang, jengkol, vanili, kemukus, dan lain sebagainya. Pada lahan agroforest masih bisa dijumpai pula pepohonan asli hutan seperti: pohon babi (Crypteronia sp.), sarangan (Castanopsis sp.), jenitri, aren, dan masih banyak lagi.

Sebagai komoditi yang memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi, durian menjadi salah satu prioritas tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat Mendolo. Bibit-bibit durian varietas unggul dari luar mulai didatangkan masyarakat tani dengan maksud untuk meningkatkan produktivitas maupun harga jual.

Jika serbuan varietas unggul terus-terusan masuk, bukan tidak mungkin semakin memarjinalkan varietas durian lokal. Padahal, durian lokal pun menyimpan potensi untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari hasil karakterisasi cita rasa yang telah dilakukan pada musim panen, awal tahun kemarin. Tak sedikit varian durian yang memiliki cita rasa yang unggul dengan daging buah yang tebal dan buah yang besar.


Bibit durian yang siap untuk di sambung/ grafting
Melihat potensi durian unggul di Mendolo, pada tanggal 28 Mei 2023 Swaraowa memfasilitasi workshop grafting. Istilah grafting atau sambung pucuk sediri merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif untuk mendapatkan sifat tanaman yang baik. Melalui kegiatan ini, para petani durian Mendolo diharapkan memiliki keterampilan dalam teknik grafting sebagai modal dalam pengembangan durian unggulnya sendiri.

Acara yang digelar di ‘kebun belajar’ warga dusun Sawahan ini diikuti oleh sekitar 16 orang petani dari berbagai usia. Antuasiasme para peserta telah tampak sejak awal. Mereka mendapatkan materi pengenalan dari praktisi lokal yang telah memiliki pengalaman melakukan grafting. Mereka juga diberikan kesempatan untuk melakukan praktik langsung. Tingkat keberhasilannya akan dipantau sampai satu bulan ke depan.

Semua entres (batang atas) yang digunakan dalam praktik sambung pucuk bersama warga tani Mendolo ini merupakan varian durian lokal yang dianggap unggul. Penentuannya diambil dari data karakterisasi buah durian lokal Mendolo yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu.

Melalui teknik-teknik pertanian yang terus berkembang seperti grafting ini, diharapkan akan muncul varietas durian yang memiliki karakter unggul sehingga meningkatkan produksi panen. Dengan meningkatnya hasil panen, maka perputaran ekonomi juga meningkat. Pada gilirannya, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Tentu saja, peningkatan hasil panen tidak hanya bergantung kepada varietas-varietas durian yang diupayakan, namun juga dipengaruhi banyak faktor lainnya seperti nutrisi, perawatan tanaman, hingga faktor klimatik. Tidak boleh lupa juga, ada jasa ekosistem dalam produksi aneka pertanian kita, misalnya kelelawar-kelelawar penyerbuk buah durian atau burung-burung pemangsa serangga hama. Kesehatan ekosistem pun menjadi modal utama dalam bidang pertanian.

 

 

No comments:

Post a Comment