Oleh : Sidiq Harjanto
Pratik sambung pucuk, durian. foto leh Silo PPM Mendolo |
Wanatani, atau dikenal juga dengan istilah agroforestry, adalah sistem pengelolaan lahan yang mengombinasikan berbagai jenis tegakan hutan dengan tanaman budidaya. Sistem ini dalam praktiknya sudah dilakukan oleh para petani perdesaan di Indonesia sejak lama. Umumnya, sistem ini muncul dari adaptasi terhadap keterbatasan luasan lahan.
Bergantung
pada satu komoditi menjadi pilihan yang risikonya tinggi. Untuk itulah, para
petani menanam banyak komoditi. Di mata kaum petani, lahan wanatani sifatnya
multifungsi. Lahan ini dipandang sebagai modal produksi, tabungan masa depan,
maupun warung dan apotek hidup.
Desa
Mendolo sebagai salah satu desa penyangga habitat owa jawa di Kabupaten
Pekalongan, masyarakatnya telah mempraktikkan wanatani. Lahan yang dikelola warga
ditanami dengan aneka jenis tanaman komoditi seperti durian, kopi, cengkeh,
keluwak/kepayang, jengkol, vanili, kemukus, dan lain sebagainya. Pada lahan agroforest
masih bisa dijumpai pula pepohonan asli hutan seperti: pohon babi (Crypteronia sp.), sarangan (Castanopsis sp.), jenitri, aren, dan
masih banyak lagi.
Sebagai
komoditi yang memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi, durian menjadi salah
satu prioritas tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat Mendolo. Bibit-bibit
durian varietas unggul dari luar mulai didatangkan masyarakat tani dengan
maksud untuk meningkatkan produktivitas maupun harga jual.
Jika
serbuan varietas unggul terus-terusan masuk, bukan tidak mungkin semakin
memarjinalkan varietas durian lokal. Padahal, durian lokal pun menyimpan
potensi untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari hasil karakterisasi cita
rasa yang telah dilakukan pada musim panen, awal tahun kemarin. Tak sedikit
varian durian yang memiliki cita rasa yang unggul dengan daging buah yang tebal
dan buah yang besar.
Bibit durian yang siap untuk di sambung/ grafting |
Acara yang
digelar di ‘kebun belajar’ warga dusun Sawahan ini diikuti oleh sekitar 16
orang petani dari berbagai usia. Antuasiasme para peserta telah tampak sejak
awal. Mereka mendapatkan materi pengenalan dari praktisi lokal yang telah
memiliki pengalaman melakukan grafting. Mereka juga diberikan kesempatan untuk
melakukan praktik langsung. Tingkat keberhasilannya akan dipantau sampai satu
bulan ke depan.
Semua
entres (batang atas) yang digunakan dalam praktik sambung pucuk bersama warga tani
Mendolo ini merupakan varian durian lokal yang dianggap unggul. Penentuannya
diambil dari data karakterisasi buah durian lokal Mendolo yang telah dilakukan beberapa
waktu yang lalu.
Melalui teknik-teknik
pertanian yang terus berkembang seperti grafting ini, diharapkan akan muncul
varietas durian yang memiliki karakter unggul sehingga meningkatkan produksi
panen. Dengan meningkatnya hasil panen, maka perputaran ekonomi juga meningkat.
Pada gilirannya, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan
hutan.
Tentu saja, peningkatan hasil panen tidak hanya bergantung kepada varietas-varietas durian yang diupayakan, namun juga dipengaruhi banyak faktor lainnya seperti nutrisi, perawatan tanaman, hingga faktor klimatik. Tidak boleh lupa juga, ada jasa ekosistem dalam produksi aneka pertanian kita, misalnya kelelawar-kelelawar penyerbuk buah durian atau burung-burung pemangsa serangga hama. Kesehatan ekosistem pun menjadi modal utama dalam bidang pertanian.
No comments:
Post a Comment