Bertemu dengan komunitas global, merupakan salah satu sumber
pengetahuan yang selama ini sangat
berguna untuk membangun jaringan di tingkat internasional untuk pelestarian Owa
di Indonesia. Hal itu sangat terasa sekali ketika swaraowa menghadiri acara
kongres tahunan Associatio for Tropical Biodiversity and Conservation (ATBC) tanggal1-5
Juli 2018 di Kuching, Sarawak, Malaysia.
Acara ini adalah pertemuan para peneliti, akademisi, pegiat
konservasi, pemerintah, NGO, untuk mempresentasikan, ide, hasil penelitian,
kisah sukses dan juga tantangan kegiatan
konservasi untuk keanekaragaman hayati di berbagai tipe habitat, di banyak
negara-negara tropis asia pasifik. Kurang lebih ada 800 peserta terdaftar di
acara ini,mewakili 60 negara.
Poster presentasi, di kongress ATBC Kuching, Sarawak, Malaysia 2018 |
Acara ini swaraowa membawa poster presentasi tentang kegiatan
pengembangan komunitas disekitar habitat asli primata terancam punah di Jawa
Tengah (Owa jawa) dan Kepulauan Mentawai (Bilou). Baca disini presentasi poster
kami berjudul “ Grassroot initiative for conservation of Endangered Gibbon in Mentawai
and Java” . Kesempatan bertemu dengan
para ahli, belajar metode-metode penelitian, aplikasi teknologi untuk
konservasi dan lebih khusus lagi berjumpa dengan pemerhati primata dari
berbagai negara menjadi ajang saling bertukar informasi dan membangun jaringan
untuk pelestarian keanekargaman hayati. Saling menguatkan bahwa kita mempunyai
keanekaragaman hayati yang menjadi identitas kita di komunitas global.
Meskipun kami terlambat 2 hari di acara ini, baru datang dan
mempresentasikan kegiatan kami di hari ke-tiga, masih banyak presentasi-presentasi
yang menarik untuk di ikuti. Beberapa presentasi yang sempat kami ikuti mulai hari ke 3, di antaranya :
presentasi dari salah satu keynote speaker berjudul “ Supermarkets – Superhigways
: The wildlife trade in Southeast Asia, oleh Kanitha Krishnasamy (TRAFFIC), dan
sungguh kalau melihat langsung presentasi ini betapa satwaliar bisa dibilang
adalah komoditas yang nilai ekonominya sangat tinggi, dan ini melalui pasar
illegal global. Perdagangan satwaliar inilah, yang menghilangkan populasi di alam, melalui jaringan kriminal global, asia tenggara, sebagai pusat keanekargaman hayati tropis,
ternyata juga menjadi jalur perdangangan utama, tempat transit, transaksi dan
konsumen dari perdagangan satwaliar di asia sendiri, bahkan dunia.Beruntung
sekali menemukan rekaman presentasi ini di youtube, simak disini :
Ada presentasi lain, tentang prediksi kepunahan beberapa species mamalia di sunda land, terkait dengan teori island biogeography dan pengaruh manusia, di presentasi ini menyebutkan Owa dari Mentawai (Hylobates klossii) yang di prediksi mengalami kepunahan di massa mendatang. Presentasi-presentasi tentang community development dan pembangunan berkelanjutan juga menjadi topik khusus juga dan sepertinya juga di beberapa tahun kedepan akan mejadi tema besar dan terus berkembang, melihat banyaknya presentasi di bidang ini, 3 hari terakhir symposium.
Ada presentasi lain, tentang prediksi kepunahan beberapa species mamalia di sunda land, terkait dengan teori island biogeography dan pengaruh manusia, di presentasi ini menyebutkan Owa dari Mentawai (Hylobates klossii) yang di prediksi mengalami kepunahan di massa mendatang. Presentasi-presentasi tentang community development dan pembangunan berkelanjutan juga menjadi topik khusus juga dan sepertinya juga di beberapa tahun kedepan akan mejadi tema besar dan terus berkembang, melihat banyaknya presentasi di bidang ini, 3 hari terakhir symposium.
Simposium khusus tentang penelitian dan
konservasi jenis-jenis Owa di hari terakhir, kami melakukan live tweet di acara
ini, baca thread nya disini :
— SwaraOwa (@swaraOwa) July 5, 2018informasi lebih lanjut baca di http://atbc2018.org/
No comments:
Post a Comment