Oleh : Sidiq Harjanto
Pada tahun 2017, Slovenia mengajukan sebuah proposal usulan untuk memperingati Hari Lebah Dunia (World Bee Day) setiap tanggal 20 Mei. Tanggal tersebut merupakan hari kelahiran tokoh bernama Anton Jansa (1734-1773), seorang peternak lebah legendaris asal negeri balkan tersebut. Jansa telah mendedikasikan sebagian besar hidupnya bagi pengembangan budidaya lebah. Beberapa prinsip penting budidaya lebah dan sistem pengelolaan apiari modern lahir dari tangan dinginnya.
Pada akhir
2017, PBB menerima usulan tersebut sehingga mulai 20 Mei 2018, masyarakat dunia
memperingati Hari Lebah Dunia. Hari ini merupakan tahun kelima perayaan
tersebut, mengambil tema “Bee Engaged: Celebrating the diversity of bees and
beekeeping systems.” Momen ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai pentingnya keanekaragaman jenis lebah dan variasi sistem budidayanya.
Juga mengingatkan kita semua mengenai ancaman dan tantangan yang dihadapi lebah
seperti: hilangnya habitat, perubahan iklim, dan pencemaran lingkungan.
Harus
diakui, peran Slovenia bukan saja dalam mewujudkan peringatan Hari Lebah Dunia,
tetapi juga dalam upaya pengembangan praktik-praktik budidaya lebah yang
berkelanjutan. Slovenia sendiri, sejak abad ke-7 hingga saat ini memiliki
reputasi yang sangat baik dalam bidang perlebahan. Di sanalah berbagai teknik
budidaya lebah madu berkembang. Keuletan para peternak membuat lebah Apis melifera carnica (lebah karniola)
sebagai subspesies asli Slovenia menjelma menjadi salah satu lebah madu paling
unggul.
Ada
beberapa prinsip mendasar dalam praktik budidaya lebah oleh masyarakat
Slovenia: berdampingan erat dengan lebah, gaya hidup berkelanjutan, dan
produksi pangan lokal. Prinsip-prinsip itu mengantarkan negara berpenduduk 2,1
juta itu menjadi leader dalam budidaya lebah. Slovenia adalah negara dengan
jumlah peternak lebah dengan jumlah fantastis dihitung secara perkapita. Kantor
Statistik Slovenia mencatat bahwa nyaris lima di antara seribu orang warganya
adalah peternak lebah!
Jansa,
selain mewariskan teknik budidaya modern juga memberi contoh sebuah relasi
indah antara manusia dengan lebah. Ia yang memiliki talenta melukis menggunakan
kotak-kotak lebah sebagai media berkreasi, menjadikannya media untuk lukisan indah
berwarna-warni. Hingga sekarang, kotak-kotak berhias lukisan itu masih menjadi
tradisi bagi peternak lebah di sana. Sebuah praktik yang unik dan
menggembirakan ketika budidaya lebah tidak saja berhenti pada tataran teknis,
tetapi merentang ke spektrum yang lebih luas.
Lalu apa
yang bisa kita ambil dari kisah Anton Jansa, Slovenia, dan Hari Lebah
Dunia?
Bagi
Swaraowa, ada kesan emosional tersendiri bahwa pekerjaan kami dalam
pengembangan perlebahan memiliki rentang waktu yang beriringan dengan sejarah
Hari Lebah Dunia. Baru sekira lima atau enam tahun kami berpartisipasi dalam
pengembangan teknik budidaya lebah bagi masyarakat di sekitar habitat owa jawa
di Petungkriyono dan Lebakbarang. Memang usia yang masih sangat muda dalam
konteks tradisi budidaya, sangat jauh bila dibandingkan dengan apa yang
diwariskan Jansa dan Slovenia. Namun, bukankah setiap perjalanan selalu dimulai
dengan satu langkah pertama?
Kegiatan pelatihan lebah di tahun 2017 |
Kita di
Indonesia tidak memiliki lebah karniola, si lebah unggul dari Slovenia. Namun
jangan lupa, kita adalah negara yang memiliki keanekaragaman jenis lebah madu
(Marga Apis) tertinggi di dunia, salah satunya A. cerana yang telah lama dibudidayakan secara tradisional oleh
masyarakat perdesaan di Indonesia. Kita juga memiliki lebih dari 40 jenis lebah
tanpa sengat (Meliponini). Itulah ladang besar yang mesti kita garap. Upaya
memasyarakatkan budidaya lebah perlu terus digalakkan. Pengembangan teknik
pemeliharaan jenis-jenis lebah asli atau native menjadi kunci kesuksesan
mewujudkan tradisi, persis seperti yang dilakukan oleh rakyat Slovenia dengan
karniolanya.
Budidaya lebah di antara tanaman kopi-hutan |
panen madu dari kotak lebah klanceng |
Kami
percaya bahwa budidaya lebah bukan saja menjanjikan manfaat ekonomi berupa
produk lebah bernilai ekonomi tinggi: madu, beepollen, propolis, lilin; dan
juga jasa besar bagi ekosistem: penyerbukan. Lebih dari itu, budidaya lebah
bisa merekatkan kembali relasi manusia dengan alam yang kian hari kian
merenggang tergerus oleh zaman. Sejak awal, kami telah memiliki keyakinan bahwa
tradisi budidaya lebah bisa menjadi media dalam membumikan isu-isu konservasi
hutan, termasuk mempromosikan perlindungan dan pelestarian owa jawa.
Kegiatan bididaya lebah untuk mendukung upaya pelestarian Owa Jawa |
Hari ini juga (20 Mei) tatkala Hari Lebah Dunia bertepatan dengan Hari
Kebangkitan Nasional. Jika pada 1908 berdirinya Boedi Oetomo menandai
bangkitnya kesadaran untuk memerdekaan bangsa melalui nasionalisme dan
persatuan, maka pada saat-saat ini kita bisa pula mengambil momentum peringatan
itu untuk membangkitkan semangat mengelola sumber daya alam kita dengan lebih
baik. Salah satunya melalui budidaya lebah.