di tulis oleh : Kasih Putri Handayani
e-mail : kasihputri288@gmail.com
Kalimantan Tengah, 26-28 Februari
2019, SwaraOwa bekerjasama dengan Goodhope Asia Holding,
Ltd., Borneo Nature Foundation, IUCN Primate-Section on Small Apes, ,
Tropenbos Indonesia Program, dan ELTI.
Foto bersama peserta pelatihan |
Kegiatan pelatihan ini merupakan follow up dari pelatihan sebelumnya yang dilaksanakan bulan Agustus 2018, masih dalam
upaya konservasi Owa di areal perkebunan kelapa sawit. Mengapa owa?
"Begini
Gaeeesss"… Owa dan siamang, atau yang
secara luas disebut dengan gibbon, mungkin memang tidak setenar orang utan
ataupun harimau. Namun sesungguhnya, selain memiliki berbagai keunikan, gibbon
juga memiliki peran yang tak kalah penting di dalam ekosistem sebagai agen
penyebar biji.
Dari 20 spesies gibbon, Indonesia
memiliki 9 spesies yang tersebar pada sisa-sisa hutan di Pulau Sumatera,
Kalimantan, Jawa, serta Kepulauan Mentawai, baik pada kawasan yang dilindungi
ataupun tidak. Keberadaan owa di luar kawasan konservasi, dalam hal ini area
konsesi perkebunan kelapa sawit, terkadang luput dari perhatian atau tidak
menjadi prioritas pengelola kawasan. Oleh karena itu, melalui rangkaian kegiatan ini, kami
ingin mengarusutamakan konservasi owa dan habitatnya di kalangan pengelola
perkebunan kelapa sawit.
Pelatihan kali ini
berpusat di PT AWL-KMS di Kecamatan Bukit Santuai, Kotawaringin Timur. Selain
perwakilan dari tuan rumah, pelatihan ini diikuti oleh perwakilan PT Agro
Indomas dan PT Agro Bukit dari Group Goodhope; PT KKP dari Wilmar Group; Musim
Mas Group; serta PT Sawit Nabati Agro, IOI Group. Yang istimewa dalam pelatihan
kali ini adalah materi yang bersifat multidisiplin karena selain belajar
tentang owa, kami semua juga belajar tentang pentingnya identifikasi tumbuhan
dan pelibatan masyarakat dalam upaya
konservasi.
Hari ke-1. Materi ruang
Materi pertama
disampaikan oleh Arif Setiawan dari, SwaraOwa. Wawan menyampaikan materi tentang Owa secara umum, sebagai primata penyebar biji, hidup berpasangan, dan punya nilai sebagai identitas daerah, karena tidak smua daerah mempunyai Owa. Ancaman kelestarian dan habitatnya, serta berbagi pengalaman tentang program
konservasi owa di Pekalongan yang diangkat melalui kopi owa, dan di Kepulauan
Mentawai.
Materi kelas, bersama peserta pelatihan |
Materi
kedua oleh Eka Cahyaningrum dari ,BNF. Eka berbagi pengalaman
tentang penelitian dan upaya konservasi owa-owa di Sebangau, Kalimantan Tengah. Eka kembali
menekankan peran penting owa-owa bagi ekosistem hutan. Kenyataan bahwa owa
masih dapat dijumpai pada hutan yang tidak ditempati orang utan, membuatnya
menjadi tumpuan utama dalam persebaran biji di hutan.
Eka (BNF) menyampaikan cerita tentang Owa kalimatan |
Materi
ketiga adalah tentang pelibatan masyarakat dalam konservasi hutan dan program
restorasi, yang disampaikan oleh Evi Indraswati dari PILI Pusat Informasi Lingkungan Indonesia. Terdapat 3 pokok bahasan yang
beliau sampaikan yakni
pelibatan/pemberdayaan dan teknik sosial; strategi mendorong perubahan
sosial; serta pengalaman tentang restorasi hutan berbasis masyarakat. Evi
yang akrab dipanggil Epoy ini menekankan pentingnya empati yang menjadi
lantai dasar dalam teknis fasilitasi yang merupakan kunci dalam proses kolaborasi.
Diskusi pada sesi ini berlangsung tak kalah seru mengingat sebagian peserta
pelatihan berhadapan langsung dengan masyarakat sekitar perkebunan yang
memiliki beragam kepentingan dan kebutuhan.
Dr. Insya menjelaskan teknik identifikasi flora di habitat Owa |
Materi
terakhir di hari pertama pelatihan ini disampaikan oleh Dr. Arbainsyah dari
ELTI. Beliau menyampaikan materi tentang identifikasi tumbuhan. Materi ini sangat
penting dalam upaya konservasi owa, mengingat owa adalah primata arboreal yang sangat tergantung pada keberadaan pohon. Dr. Insya demikian lebih akrab di panggil, menyampaikan
materi identifikasi tumbuhan yang dulu terkesan rumit dan cenderung hafalan,
menjadi lebih menarik. Karena kami diajak untuk
mengenali jenis tumbuhan melalui karakter utamanya.
Hari ke-2.
Praktik lapangan
Pada saat praktik lapangan ini, peserta dibagi ke dalam 3
kelompok untuk melakukan praktik survey owa dengan metode vocal count,
identifikasi minimal 3 sampel tumbuhan, dan survey social. Pagi pukul 05.30 tim
sudah berangkat menuju Pos Keramat, Bukit Santuai untuk praktik survey owa
sekaligus identifikasi tumbuhan. Sayangnya, hingga pukul 08.00 cuaca mendung
dan tak satupun suara owa yang terdengar. Akhirnya ketika hujan mulai turun,
tim ditarik kembali ke pos untuk sarapan. Kurang lebih pukul 08.40 tiba-tiba
terdengar suara owa dari arah bukit. Perwakilan kelompok langsung memulai mengambil data.
Pukul 09.30 tim bergerak menuju Desa Tanah Haluan untuk
praktik survey sosial. Masing-masing kelompok sudah memiliki tugas berupa
informasi yang harus diambil. Tiba di desa, beberapa warga sudah menunggu untuk
mengikuti praktik FGD yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara.
Malam harinya, setelah beristirahat sejenak, masing-masing
kelompok mempersiapkan laporan hasil praktik yang akan disampaikan esok
harinya.
Praktek lapangan di HCV Bukit Santuai |
Hari ke-3.
Penanaman, presentasi peserta, kesimpulan dan penutupan
Hari terakhir
pelatihan di awali dengan kegiatan penanaman di sekitar Sungai Egang yang
termasuk kedalam areal HCV. Area ini juga merupakan habitat owa Kalimantan
serta lutung merah. Terdapat ± 20 bibit yang ditanam beriring
harapan agar pohon-pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik. Selepas penanaman,
kami kembali menuju GMO untuk presentasi hasil praktik.
Pada praktik
survey owa, masing-masing tim memberikan hasil perhitungan kepadatan kelompok
owa di masing-masing listening post serta kendala yang dihadapi. Untuk praktik
identifikasi tumbuhan, masing-masing kelompok menampilkan foto sample beserta
karakteristik dan nama ilmiahnya. Untuk survey sosial, menyesuaikan dengan
tugas masing-masing kelompok. Terdapat beberapa catatan menarik dari survey
sosial ini yakni terkait dengan keberadaan owa dan orang utan sebagai hewan
yang dianggap keramat, serta beberapa jenis tumbuhan yang penting dalam upacara
adat. Dengan demikian maka terlihat interaksi antara hidupan liar baik hewan
maupun tumbuhan, serta manusia.
Selepas
presentasi, masing-masing narasumber memberikan ulasan singkat dan rangkuman
kegiatan. Sebaliknya, peserta juga memberikan tanggapan baik harapan maupun
evaluasi untuk kegiatan ini. Secara umum, peserta menyambut baik inisiatif
konservasi owa ini. Mereka juga berharap untuk bisa menerapkan dan
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh, di
lingkungan kerja masing-masing. Menjelang pukul 12.00 kegiatan ditutup oleh GM
PT AWL. Beliau juga berpesan kepada kami semua untuk menerapkan apa yang telah
kami peroleh selama pelatihan karena upaya konservasi memang sangat penting
dilakukan demi menjaga keseimbangan ekosistem, lingkungan tempat tinggal
kita,manusia.
"Semangat Pagi dan Salam Owa"
Testimoni peserta:
saya sangat senang dengan adanya pelatihan
konservasi owa dan habitatnya dikarenakan pelatihan sudah cukup menyeluruh,
mulai dari cara monitoring atau survey populasi, identifikasi tanaman untuk menjadi
panduan dalam preferensi makanan owa dan juga mempelajari sosialnya yang tidak
bisa lepas dari suatu keberhasilan program konservasi. Ditambah lagi dengan
pemberi materi beserta asistennya yang super komunikatif
Harapan
saya, kedepannya perlu ada studi yang komprehensif mengenai preferensi makanan
owa terutama di daerah Kalimantan. Hal ini juga bisa menjadi pedoman dalam
melakukan revegetasi lahan sesuai dengan jenis alami habitat dan ketercukupan
sumber makanan owa -- Fery -Musim Mas Group
Kesan saya ikut pelatihan senang sekali bertemu orang-orang yang memang
ahli di bidangnya..
Pesan saya mungkin nanti lebih
ditekankan untuk sampai mengetahui jumlah individu nya, agar tidak rancu -- Vivi-IOI Group
Thanks all team sehingga terselenggaranya training ini, sangat bermanfaat untuk kita dan kelestarian alam
ReplyDelete