Saturday, April 8, 2023

Jasa ekosistem dalam secangkir kopi

 Penulis: Sidiq Harjanto


Burung Cinenen (Orthotomus sutorius) sering mengunjungi kebun kopi (Dok PPM Mendolo)

Pekalongan adalah salah satu kabupaten penghasil kopi di Provinsi Jawa Tengah. Menurut data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020 – 2022 yang dirilis Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian RI, produksi kopi robusta dari usaha perkebunan rakyat di Kabupaten Pekalongan mencapai 372 ton dengan 1.650 petani. Sedangkan hasil produksi kopi arabika mencapai 100 ton dari petani sebanyak 857 orang. Hasil sebanyak itu diperoleh dari lahan seluas, masing-masing 483 ha (robusta), dan 198 ha (arabika).

Dilihat dari produksi kopi robusta saja, angka tersebut memang masih jauh dari Kabupaten Temanggung (9.761 ton), Kudus (1.594 ton), dan Banjarnegara (1.570 ton). Perbedaan angka yang signifikan ini dipengaruhi oleh luasan lahan dan jumlah petani di masing-masing kabupaten. Jika kita cermati dari produktivitas per hektar (823 kg/ha), hasil kopi Kab. Pekalongan relatif baik, masih di atas rerata nasional (817 kg/ha). Sebagai informasi tambahan, produktivitas kopi kita masih kalah jauh dari Vietnam (2.300 kg/ha).

Desa Mendolo, sebagai salah satu desa penghasil kopi di Pekalongan, memiliki potensi yang cukup besar. Kopi yang diupayakan melalui sistem wanatani menjadi salah satu sumber pendapatan utama masyarakat. Brand ‘Kopi Batir’ yang dirintis oleh Paguyuban Petani Muda (PPM) Mendolo berupaya untuk meningkatkan nilai jual kopi yang dihasilkan petani dengan memperbaiki pengolahan pascapanen dan mengolahnya menjadi kopi bubuk. Kopi Batir juga membuka jasa sangrai untuk mengakomodir masyarakat yang ingin mengonsumsi kopi dari kebunnya sendiri, tetapi tidak memiliki keahlian menyangrai.

Tahun kemarin, usaha kopi ini telah memproduksi sekitar 7 kuintal kopi dengan kualitas premium yang dijual dalam bentuk kopi bubuk maupun biji mentah (green bean). Memang masih relatif kecil dibandingkan estimasi total produksi kopi desa ini yang sebagian besar masih dijual dalam bentuk cherry (buah) atau diproses asal-asalan. Namun, upaya ini patut diapresiasi karena nyatanya kapasitas produksi usaha ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sepanjang tahun 2022, lebih dari satu ton biji kopi telah disangrai oleh Kopi Batir. Berbekal mesin sangrai rakitan yang sangat sederhana, jasa sangrai yang digawangi M. Ridholah ini ternyata mampu menumbuhkan kembali minat masyarakat untuk minum kopi sendiri. Artinya, usaha jasa sangrai Kopi Batir bisa menggeser pola konsumsi masyarakat dari konsumsi kopi pabrik ke kopi lokal.

budidaya lebah kelulut di kebun kopi, mengoptimalkan peran lebah sebagai pollinator


Burung Tukik tikus, pemakan serangga di kebun kopi (Dok PPM Mendolo)

Satu langkah kecil dari Mendolo

Untuk mencapai sistem budidaya kopi yang optimal, dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman mengenai penyiapan lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, hingga sistem pemanenan yang baik. Selain pengetahuan dan keterampilan teknis di atas, wawasan lingkungan kiranya juga perlu dimiliki oleh para petani kopi. Wawasan yang dimaksud misalnya mengenai pengaruh jasa ekosistem terhadap produktivitas kebun.  


fotografi satwa, sebagai media meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman hayati


Pada 18 Maret 2023, sebagai bagian dari acara bertajuk ‘Guyub Kopi Mendolo’, Swaraowa mengajak PPM Mendolo dan perwakilan petani kopi untuk merumuskan strategi dalam meningkatkan kesadaran ekologi dalam praktik budidaya kopi di Mendolo. Harapannya, dengan praktik pembudidayaan yang baik dan didukung dengan jasa ekosistem sehat, bisa mengoptimalkan produktivitas kopi di Mendolo sehingga pada gilirannya meningkatkan pendapatan petani.

Biodiversitas yang mengisi kebun wanatani memberi pengaruh positif bagi pembudidayaan tanaman komoditi. Chain-Guadarrama dkk. dalam artikel berjudul ‘Ecosystem services by birds and bees to coffee in a changing climate: A review of coffee berry borer control and pollination’ (terbit tahun 2019) menyebutkan bahwa burung dan lebah menjadi dua kelompok fauna yang memiliki peran penting dalam budidaya kopi. Banyak jenis burung memangsa serangga, sehingga memiliki peran ekologi dalam mengontrol populasi serangga. Ledakan populasi serangga karena kekurangan burung pemangsa bisa menimbulkan kerugian bagi petani.

Untuk mengoptimalkan peran burung dalam ekosistem, syarat pertama adalah upaya perlindungan. Burung-burung mesti dibiarkan hidup bebas di alam sehingga perannya berfungsi. Selain itu, burung membutuhkan relung habitat yang ideal. Model tanam wanatani atau tumpang sari bisa menjadi pilihan. Sistem ini masih mempertahankan variasi jenis penyusun dan strata vegetasi sehingga meningkatkan peluang bagi burung untuk mencari pakan, atau bahkan bersarang.

Di sisi lain, komunitas lebah diyakini menjadi agen penyerbuk yang handal bagi tanaman kopi. Kopi robusta membutuhkan penyerbukan silang dengan agen penyerbuk berupa angin dan serangga. Sedangkan kopi arabika, meskipun dapat melakukan self pollination, tetapi aplikasi serangga penyerbuk terbukti meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Pada kopi arabika, keberadaan lebah dapat menjadi booster penyerbukan.

Pada skala global, lebah sendiri merupakan kelompok besar; terdiri dari belasan jenis lebah madu, ratusan lebah nirsengat (klanceng), dan ribuan jenis lebah soliter. Setiap jenis memiliki sebaran habitat atau distribusi masing-masing. Jenis-jenis lebah yang mana saja yang bermanfaat untuk kopi, dan pada tipe habitat apa lebah-lebah itu hidup, masih membutuhkan banyak penelitian.

Mengoptimalkan jenis-jenis lebah sebagai agen penyerbuk bisa dilakukan dengan menjaga habitat, menghindari penggunaan pestisida, dan mengintegrasikan budidaya lebah dalam lahan pertanian kita. Di Mendolo, budidaya lebah klanceng telah dimulai sejak 2017. Tidak semata-mata mengharapkan madu yang bernilai ekonomi, budidaya klanceng di Mendolo merupakan sebentuk upaya untuk mengoptimalkan jasa ekosistem dari lebah untuk peningkatan produktivitas pertanian maupun keberlanjutan hutan.

Besarnya jasa ekosistem bagi pertanian tak dapat dimungkiri. Meskipun demikian, dalam FGD terungkap bahwa masih butuh kerja keras untuk membumikan jasa ekosistem burung dan lebah bagi pertanian kopi di kalangan para petani. Riset spesifik dalam memahami dan mengoptimalkan jasa ekologi burung bagi pengontrolan populasi hama pertanian masih perlu ditingkatkan. Demikian juga dengan jasa penyerbukan lebah, praktik ideal integrasi budidaya lebah dengan wanatani masih perlu dicari.

PPM Mendolo menggunakan fografi alam untuk konservasi 


PPM Mendolo akan memelopori riset partisipatif dalam menggali peran-peran kehati dan jasa ekosistem dalam sistem wanatani Mendolo. Disepakati pula untuk terus memasyarakatkan pengetahuan mengenai peran ekologis dari kelompok-kelompok fauna tersebut. Mengingat ketergantungan masyarakat pada sektor pertanian, Mendolo perlu didorong menjadi desa peduli kehati. Desa perlu memiliki data yang komprehensif mengenai potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki.

Langkah PPM Mendolo yang telah memelopori inovasi usaha wanatani dan penyadaran nilai penting kehati mesti didukung penuh. Dalam kesempatan Guyub Kopi Mendolo ini, Swaraowa menghibahkan satu unit mesin roasting berkapasitas 1 kg kepada Kopi Batir sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya dalam mengembangkan khazanah perkopian di Mendolo, dan atas upaya PPM Mendolo untuk mendorong konservasi keanekaragaman hayati di desanya, termasuk owa jawa dan kukang jawa.

No comments:

Post a Comment