Oleh : Kurnia Ahmaddin
Malam tanggal 25 kami berangkat menuju
Bogor dari Pekalongan yang kami tempuh selama 8 jam menggunakan bus dan 1 jam
menggunakan angkot untuk sampai di Aula Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Sambil menahan kantuk kami siap
mengikuti seluruh rangkaian acara yang dimulai
pada pukul 9 pagi. Sebagai pembuka rangkaian acara, sambutan mas Aris Hidayat
selaku ketua panitia penyelenggara dari YIARI yang mempesona membuka mata kami
sehingga hilang rasa kantuk. Sambutan dilanjutkan ibu Prof. Dr. Ir. Ani
Mardiastuti, M.sc dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB yang bercerita
mengenai sulitnya mencari referensi satwa liar sebelum tahun 1990. Saat ini
beliau bangga melihat karya dan antusias generasi saat ini dalam upaya
konservasi satwa liar.
Acara pada hari pertama merupakan seminar
yang dibagi menjadi 3 sesi. Setelah pembukaan sesi pertama dibawakan oleh mas
Ganjar Cahyadi dan mas Asman A.P. dari BISA Indonesia yang bercerita mengenai
perlombaan pendataan perdagangan satwa liar. Sesi kedua Bapak Dedi Candra dari
KKHSG Kemenhut dan Prof. Mirza Dikari Kusrini berbicara mengenai regulasi
perlindungan satwa liar lokal dan international. Acara di IPB ditutup pada sesi
ketiga dengan dialog menarik mengenai fakta lapangan perdangan satwa liar yang
dibawakan oleh mas Hendry Pramono dari WCS-IP dan drh. Wendi Prameswari dari
YIARI.
Sore hari setelah seminar, kami melanjutkan
6 jam perjalanan untuk fieldtrip menuju kampung Citalahab sentral dengan
menggunakan truk tronton menghadapi guncangan dahsyat jalan makadam. Melewati
kawasan perkebunan teh Cianten dan Taman Nasional Halimun Salak kami tiba di
Citalahab pada pukul 9.30 malam. Sambutan warga kampung dan sajian nasi sop
ayam menghangatkan dinginnya cuaca desa tepi hutan. Kebaikan panitia untuk
menjadikan malam pertama khusus untuk istirahat adalah pilihan yang sangat
tepat setelah lelah terguncang dan kelaparan.
surili ( Presbytis comata) |
Owa jawa ( Hylobates moloch) |
Hal ini dapat terlihat dari antusias seluruh peserta mulai dari usia 60 hingga siswi SD yang baru naik kelas 2 berjalan bersama saling bantu menunjukkan satwa liar liar yang terlihat di pagi hari itu. Mereka tidak hanya berburu foto burung, namun juga herpetofauna, kupu-kupu, mamalia dan jenis arthropoda lain juga tak luput dari bidikan kamera peserta. Alek anggota PPM mendolo juga antusias terhadap perjumpaanya dengan Surili (Presbytis comata comata) menurutnya ‘ Saya sangat senang bertemu dengan Surili di Citalab. Berbeda dengan Rekrekan (Presbytis comata fredericae) di tempat kami. Surili berwarna dominan abu-abu, meski sama-sama memiliki jambul, namun Surili bibirnya lebih pucat seperti tidak memakai Lipstik’. Tak hanya itu perjumpaanya dengan Kawan-kawan KIARA juga memacu semangatnya untuk tetap berjuang melestarikan Owa Jawa di desa Mendolo.
![]() |
delegasi swaraowa di PPBI XII |
Malam hari terakhir sesi diskusi di tutup dengan diskusi terbuka dengan bapak Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan foto bersama di hari terakhir kami di Citalahab. Penutup rangkaian acara sebelum kembali diguncang makadam. Kami berfoto bersama dengan seluruh orang yang terlibat dalam acara ini ‘sebagai simbol guyub rukun’ begitu menurut Ridho anggota PPM Mendolo lain. Sebagai penutup Ridho dan Dodi juga mengungkapan ‘Meski perjalanan panjang penuh kesabaran menuju lokasi, terimakasih kepada panitia atas segala suguhan dan pengalamannya.
Kami jadi bertambah ilmu, teman dan makin semangat kami untuk berkegiatan konservasi. Semoga tahun depan bisa mengikuti PPBI lagi. Sampai jumpa di PPBI XIII di Cilongok Banyumas’.
No comments:
Post a Comment