Sunday, March 10, 2019

Pelatihan Konservasi Owa Kalimantan dan Habitatnya.


di tulis oleh :  Kasih Putri Handayani 
e-mail : kasihputri288@gmail.com

Kalimantan Tengah, 26-28 Februari 2019, SwaraOwa bekerjasama dengan Goodhope Asia Holding, Ltd., Borneo Nature Foundation, IUCN Primate-Section on Small Apes, , Tropenbos Indonesia Program, dan ELTI.

Foto bersama peserta pelatihan

Kegiatan pelatihan ini merupakan follow up dari pelatihan sebelumnya yang dilaksanakan bulan Agustus 2018, masih dalam upaya konservasi Owa di areal perkebunan kelapa sawit. Mengapa owa?

"Begini Gaeeesss"Owa dan siamang, atau yang secara luas disebut dengan gibbon, mungkin memang tidak setenar orang utan ataupun harimau. Namun sesungguhnya, selain memiliki berbagai keunikan, gibbon juga memiliki peran yang tak kalah penting di dalam ekosistem sebagai agen penyebar biji.



Dari 20 spesies gibbon, Indonesia memiliki 9 spesies yang tersebar pada sisa-sisa hutan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, serta Kepulauan Mentawai, baik pada kawasan yang dilindungi ataupun tidak. Keberadaan owa di luar kawasan konservasi, dalam hal ini area konsesi perkebunan kelapa sawit, terkadang luput dari perhatian atau tidak menjadi prioritas pengelola kawasan. Oleh karena itu, melalui rangkaian kegiatan ini, kami ingin mengarusutamakan konservasi owa dan habitatnya di kalangan pengelola perkebunan kelapa sawit.

Pelatihan  kali ini berpusat di PT AWL-KMS di Kecamatan Bukit Santuai, Kotawaringin Timur. Selain perwakilan dari tuan rumah, pelatihan ini diikuti oleh perwakilan PT Agro Indomas dan PT Agro Bukit dari Group Goodhope; PT KKP dari Wilmar Group; Musim Mas Group; serta PT Sawit Nabati Agro, IOI Group. Yang istimewa dalam pelatihan kali ini adalah materi yang bersifat multidisiplin karena selain belajar tentang owa, kami semua juga belajar tentang pentingnya identifikasi tumbuhan dan  pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi.

Hari ke-1. Materi ruang

Materi pertama disampaikan oleh Arif Setiawan dari, SwaraOwa. Wawan menyampaikan materi tentang Owa secara umum, sebagai primata penyebar biji, hidup berpasangan, dan punya nilai sebagai identitas daerah, karena tidak smua daerah mempunyai Owa. Ancaman kelestarian dan habitatnya,  serta berbagi pengalaman tentang program konservasi owa di Pekalongan yang diangkat melalui kopi owa, dan di Kepulauan Mentawai.
Materi kelas, bersama peserta  pelatihan

Materi kedua oleh Eka Cahyaningrum dari ,BNF.   Eka berbagi pengalaman tentang penelitian dan upaya konservasi owa-owa di Sebangau, Kalimantan Tengah. Eka kembali menekankan peran penting owa-owa bagi ekosistem hutan. Kenyataan bahwa owa masih dapat dijumpai pada hutan yang tidak ditempati orang utan, membuatnya menjadi tumpuan utama dalam persebaran biji di hutan.
Eka (BNF) menyampaikan cerita tentang Owa kalimatan

Materi ketiga adalah tentang pelibatan masyarakat dalam konservasi hutan dan program restorasi, yang disampaikan oleh Evi Indraswati dari  PILI Pusat Informasi Lingkungan Indonesia. Terdapat 3 pokok bahasan yang beliau sampaikan yakni  pelibatan/pemberdayaan dan teknik sosial; strategi mendorong perubahan sosial; serta pengalaman tentang restorasi hutan berbasis masyarakat. Evi yang akrab dipanggil Epoy ini menekankan pentingnya empati yang menjadi lantai dasar dalam teknis fasilitasi yang merupakan kunci dalam proses kolaborasi. Diskusi pada sesi ini berlangsung tak kalah seru mengingat sebagian peserta pelatihan berhadapan langsung dengan masyarakat sekitar perkebunan yang memiliki beragam kepentingan dan kebutuhan.
Dr. Insya menjelaskan teknik identifikasi flora di habitat Owa

Materi terakhir di hari pertama pelatihan ini disampaikan oleh Dr. Arbainsyah dari ELTI. Beliau menyampaikan materi tentang identifikasi tumbuhan. Materi ini sangat penting dalam upaya konservasi owa, mengingat owa adalah primata arboreal yang sangat tergantung pada keberadaan pohon. Dr. Insya demikian lebih akrab di panggil, menyampaikan materi identifikasi tumbuhan yang dulu terkesan rumit dan cenderung hafalan, menjadi lebih menarik. Karena kami diajak untuk mengenali jenis tumbuhan melalui karakter utamanya.

Hari ke-2. Praktik lapangan

Pada saat praktik lapangan ini, peserta dibagi ke dalam 3 kelompok untuk melakukan praktik survey owa dengan metode vocal count, identifikasi minimal 3 sampel tumbuhan, dan survey social. Pagi pukul 05.30 tim sudah berangkat menuju Pos Keramat, Bukit Santuai untuk praktik survey owa sekaligus identifikasi tumbuhan. Sayangnya, hingga pukul 08.00 cuaca mendung dan tak satupun suara owa yang terdengar. Akhirnya ketika hujan mulai turun, tim ditarik kembali ke pos untuk sarapan. Kurang lebih pukul 08.40 tiba-tiba terdengar suara owa dari arah bukit. Perwakilan kelompok langsung memulai mengambil data.

Pukul 09.30 tim bergerak menuju Desa Tanah Haluan untuk praktik survey sosial. Masing-masing kelompok sudah memiliki tugas berupa informasi yang harus diambil. Tiba di desa, beberapa warga sudah menunggu untuk mengikuti praktik FGD yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara.
Malam harinya, setelah beristirahat sejenak, masing-masing kelompok mempersiapkan laporan hasil praktik yang akan disampaikan esok harinya.
Praktek lapangan di HCV Bukit Santuai

Hari ke-3. Penanaman, presentasi peserta, kesimpulan dan penutupan

Hari terakhir pelatihan di awali dengan kegiatan penanaman di sekitar Sungai Egang yang termasuk kedalam areal HCV. Area ini juga merupakan habitat owa Kalimantan serta lutung merah. Terdapat ± 20 bibit yang ditanam beriring harapan agar pohon-pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik. Selepas penanaman, kami kembali menuju GMO untuk presentasi hasil praktik.
Pada praktik survey owa, masing-masing tim memberikan hasil perhitungan kepadatan kelompok owa di masing-masing listening post serta kendala yang dihadapi. Untuk praktik identifikasi tumbuhan, masing-masing kelompok menampilkan foto sample beserta karakteristik dan nama ilmiahnya. Untuk survey sosial, menyesuaikan dengan tugas masing-masing kelompok. Terdapat beberapa catatan menarik dari survey sosial ini yakni terkait dengan keberadaan owa dan orang utan sebagai hewan yang dianggap keramat, serta beberapa jenis tumbuhan yang penting dalam upacara adat. Dengan demikian maka terlihat interaksi antara hidupan liar baik hewan maupun tumbuhan, serta manusia.

Selepas presentasi, masing-masing narasumber memberikan ulasan singkat dan rangkuman kegiatan. Sebaliknya, peserta juga memberikan tanggapan baik harapan maupun evaluasi untuk kegiatan ini. Secara umum, peserta menyambut baik inisiatif konservasi owa ini. Mereka juga berharap untuk bisa menerapkan dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh, di lingkungan kerja masing-masing. Menjelang pukul 12.00 kegiatan ditutup oleh GM PT AWL. Beliau juga berpesan kepada kami semua untuk menerapkan apa yang telah kami peroleh selama pelatihan karena upaya konservasi memang sangat penting dilakukan demi menjaga keseimbangan ekosistem, lingkungan tempat tinggal kita,manusia.

"Semangat Pagi dan Salam Owa"

Testimoni peserta:
saya sangat senang dengan adanya pelatihan konservasi owa dan habitatnya dikarenakan pelatihan sudah cukup menyeluruh, mulai dari cara monitoring atau survey populasi, identifikasi tanaman untuk menjadi panduan dalam preferensi makanan owa dan juga mempelajari sosialnya yang tidak bisa lepas dari suatu keberhasilan program konservasi. Ditambah lagi dengan pemberi materi beserta asistennya yang super komunikatif
Harapan saya, kedepannya perlu ada studi yang komprehensif mengenai preferensi makanan owa terutama di daerah Kalimantan. Hal ini juga bisa menjadi pedoman dalam melakukan revegetasi lahan sesuai dengan jenis alami habitat dan ketercukupan sumber makanan owa -- Fery -Musim Mas Group

Kesan saya ikut pelatihan senang sekali bertemu orang-orang yang memang ahli di bidangnya..
Pesan saya mungkin nanti lebih ditekankan untuk sampai mengetahui jumlah individu nya, agar tidak rancu -- Vivi-IOI Group

1 comment:

  1. Thanks all team sehingga terselenggaranya training ini, sangat bermanfaat untuk kita dan kelestarian alam

    ReplyDelete