Monday, January 19, 2015

Sokokembang, Primata, dan Kopi

ditulis oleh : Sity Maida
Twitter :@meeda_yameda

Gambar 1. Salah satu pemandangan pegunungan dilihat dari sawah di desa Sokokembang. ©maida

Sudah lama, saya tak bertualang lagi. Terakhir kali bertualang, ke daerah Curug nangka-Bogor, bersama beberapa teman, “sekalian” kuliah lapangan salah satu matakuliah yang saya ikuti, yaitu primatologi. Petualangan kali ini, cukup jauh memang dan “tak berteman”. Ya... saya berangkat sendiri ke  Sokokembang, yaitu sebuah desa didaerah pekalongan, Jawa Tengah. Kenapa ke daerah sana? Memang ada apa?. Baru-baru ini, saya mendapat kesempatan untuk ikut dalam pengamatan primata yang diadakan oleh Kelompok Study dan Pemerhati Primata Yogyakarta yang dipimpin oleh Mas Arif Setiawan (Mas wawan) dalam sebuah project mengenai “Konservasi Owa Jawa dan Kopi”. Saat mendengar kata tersebut, saya masih belum terbayang. “Bagaimana melestarikan habitat primata jika habitat tersebut beralih fungsi menjadi kebun kopi ?.” Ternyata pertanyaan saya terjawab setelah ikut menjadi Volunteer project tersebut bulan November 2014 lalu.
Gambar 2. Pengamatan kehadiran salah satu primata, yaitu Rekrekan (Presbytis fredericae).
Hutan Sokokembang merupakan hutan sekunder yang menjadi habitat dari primata Owa jawa. Tidak hanya Owa jawa (Hylobates moloch), juga terdapat primata lain yang hidup ditengah rimba Sokokembang yaitu Lutung budeng (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang atau kethek (Macaca fascicularis), dan Rekrekan (Presbytis fredericae). Mereka berperan menjadi penyebar biji dan penyeimbang ekosistem disana. Adanya keberadaan mereka sangatlah penting, mengingat fungsi ekologis mereka dalam suatu ekosistem. Hutan yang mereka tempati, bersandingan dengan desa Sokokembang yang mayoritas penduduknya menjadikan kopi sebagai komoditas utama dalam mengangkat perekonomian keluarga. Beberapa warga memiliki beberapa hektar lahan kopi liar dihutan. Kopi tersebut tumbuh liar dihutan dan diolah secara tradisional untuk kemudian dipasarkan. Pentingnya pengetahuan mengenai teknik dalam produksi kopi liar dengan memanfaatkan pohon alam sebagai peneduh menjadi sangat bernilai dalam upaya konservasi  Owa jawa dan primata lainnya.
 

Gambar 3. Saya (maida) sedang ikut membantu dalam menempel stiker kemasan kopi Owa untuk dipasarkan.
Sebelumnya saya tidak begitu memahami mengenai salah satu tumbuhan ini (kopi), yang saya tahu, tinggal saya “seduh-aduk-minum”, tanpa pernah saya peduli bagaimana kopi ini ditumbuhkan, dipanen, diolah, lalu dipasarkan. Cukup menarik setelah saya ikut kegiatan tersebut. Ternyata terdapat sisi dimana kita bisa “campur tangan” berkontribusi dalam konservasi primata melalui  kopi. Disamping saya sangat tertarik dengan penelitian-penelitian primata, mungkin ini menjadi salah satu tantangan bagi saya untuk turut berkontribusi dalam konservasi primata melalui penelitian-penelitian yang mungkin bisa saya lakukan.


Gambar 4. Perbedaan kopi lanang (kiri) dan kopi yang normal (kanan).


Gambar 5. Biji kopi yang telah dijemur menunggu untuk disortir.

Mendapatkan kesempatan berjumpa dengan beberapa kelompok Owa jawa, lutung, monyet ekor panjang dan rekrekan, menjadi pengalaman luar biasa. Setiap pagi berkesempatan untuk mendengarkan morning call Owa jawa, menjadi nyanyian pagi dalam menyambut hari yang semangat untuk ambil data :D
Selain itu, mata dimanjakan dengan pemandangan alam yang masih asri dan udara yang masih sangat segar di desa Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah.


Gambar 6. Salah satu kopi Owa kemasan.


No comments:

Post a Comment