Tentang Kami

Saturday, June 28, 2025

Upacara "Munggah Molo" di Sokokembang: Menyulam Doa dalam Tiang Pertama

 Oleh Arif Setiawan

 


Sebagai bagian dari tradisi luhur masyarakat Jawa di Petungkriyono, upacara *Munggah Molo* digelar untuk menandai dimulainya pembangunan Pusat Edukasi Konservasi SwaraOwa di Sokokembang. *Molo*, balok utama pada kerangka atap bangunan, secara simbolis memegang peran penting sebagai fondasi spiritual dan harapan akan rumah yang kokoh serta diberkahi.

Ritual ini diiringi dengan doa bersama dan sesaji berupa hasil bumi, simbol syukur dan harapan kepada Sang Pencipta serta penghormatan kepada alam sekitar. Di tengah hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat owa jawa, prosesi ini menjadi penanda menyatunya ilmu pengetahuan, budaya lokal, dan spiritualitas dalam sebuah bangunan yang akan menjadi ruang tumbuh bagi konservasi dan pembelajaran.

Tanggal 22 Juni 2025, menjadi penanda untuk pembangunan fasiltas edukasi konservasi swaraOwa, meskpun kegiatan pendahuluan pembersihan lahan dan pembuatan pondasi telah dimulai 3 hari sebelumnya. Bagian utama atap rumah tertinggi ini menjadi semangat tim swaraOwa untuk terus mengembangkan kegiatan pelestarian alam yang telah dan sedang dilakukan di habitat Owa Jawa. Bangunan ini nantinya akan berfungsi sebagai front office, pusat informasi untuk kegiatan swaraOwa.

Simbol-simbol dalam upacara *Munggah Molo* sarat makna filosofis dan spiritual, mencerminkan harapan akan rumah yang tidak hanya kokoh secara fisik, tetapi juga harmonis secara batin dan sosial. Berikut beberapa simbol utama yang biasa digunakan dalam tradisi ini, khususnya di wilayah seperti Petungkriyono:

 1. **Tebu (Saccharum officinarum)** 

   Melambangkan *manisnya kehidupan* dan harapan agar rumah menjadi tempat yang penuh kebaikan dan kebahagiaan. Tebu juga mencerminkan keteguhan dan kejujuran.

 2. **Padi (Oryza sativa)** 

   Simbol *kemakmuran dan kesejahteraan*. Padi yang menguning menandakan harapan agar penghuni rumah selalu tercukupi kebutuhan pangannya dan hidup dalam kelimpahan.

 3. **Kelapa (Cocos nucifera)** 

   Melambangkan *keutuhan dan kebermanfaatan*. Semua bagian kelapa bisa dimanfaatkan, mencerminkan harapan agar rumah menjadi tempat yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

 4. **Kain Merah Putih** 

   Simbol *nasionalisme dan perlindungan*. Warna merah putih juga dipercaya membawa energi positif dan perlindungan dari gangguan gaib. Kain ini digunakan untuk membungkus sesaji yang di tumbuk, yaitu daun dringo (Artemisia vulgaris), blanke sejenis rumput yang beraroma dan kencur (Kaempferia galanga) . Yang melambangkan perlindungan spritual, kesegaran, ketentraman, kekuatan dan ketahanan untuk bangunan dan yang menhuninya.

 5. **Uang Koin atau Logam** 

   Menandakan *rezeki dan kelancaran ekonomi*. Diletakkan sebagai doa agar rumah tidak kekurangan dan selalu diberi kelimpahan.

 6. **Jajanan Pasar dan Sesaji Hasil Bumi** 

   Wujud *syukur dan penghormatan* kepada leluhur serta alam sekitar. Ini juga memperkuat hubungan spiritual antara manusia dan lingkungan.

 7. **Kayu Jati atau Blandar Utama** 

   Kayu utama yang dinaikkan sebagai *molo* melambangkan *inti kehidupan dan arah tujuan*. Dalam konteks rumah, ini adalah fondasi spiritual dan simbol bahwa rumah akan menjadi tempat tumbuhnya nilai-nilai luhur.

 8. **Pisang satu tandan**

Satu tandan pisang terdiri dari banyak buah yang tumbuh bersama dalam satu tangkai. Ini mencerminkan harapan agar keluarga yang menempati rumah baru hidup rukun, saling mendukung, dan tidak tercerai-berai—seperti buah pisang yang tetap menyatu dalam satu tandan. Pisang juga merupakan simbol keberkahan dan kelimpahan,buah yang mudah tumbuh dan berbuah banyak. Dalam konteks upacara, satu tandan pisang menjadi doa agar rumah tersebut selalu diberkahi rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan. Pisang juga melambangkan kesinambungan hidup. Setelah berbuah, pohon pisang akan mati, tetapi akan tumbuh tunas baru di sekitarnya. Ini menjadi simbol harapan agar rumah menjadi tempat tumbuhnya generasi baru yang membawa nilai-nilai kebaikan. Pisang satu tandan juga menjadi bagian dari sesaji sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam sekitar, memohon perlindungan dan restu atas rumah yang dibangun.

9. ** kembang telon** : Melati, Kenanga dan Mawar

10, **sesajen lainnya** :  jagung, tapih, baju kebaya, di taruh di bagian rangka molo, dan ayam ingkung utuh.

Semua sesajen ini kemudian di doakan bersama dan kemudian di makan bersama sarapan bagi tukang-tukang yang bekerjam membangun bangunan rumah ini. Tradisi ini menjadi symbol semangat dan doa untuk tim swaraowa yang ingin berkontribus aktif dalam pembangunan konservasi di Kabupaten Pekalongan khususnya dan yang mewakili sebaran penting untuk jenis-jenis primata terancam punah khususnya owa jawa.


No comments:

Post a Comment